Sering kali bahkan setiap waktu dan setiap hari, anda membaca atau melafadzkan kalimat tauhid “Laa ‘Ilaaha ‘Illaallah” (Al kalimatuth thoyyibah), akan tetapi dari kita banyak yang masih belum tahu akan rukun-rukun dan syarat-syarat dari kalimat tauhid tersebut.
Oleh karena itu, saya mencoba menulis rukun serta syarat kalimat tauhid tersebut yang saya ambil dari facebook page “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”, agar saya pribada tahu dan mengamalkan ilmu tersebut serta memberi manfaat pengetahuan kepada yang lainnya juga agar kalimat tauhid yang kita lafadzkan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut rukun serta syarat-syaratnya:
Rukun dari kalimat tauhid terdiri dari An nafyu (mengingkari) dan Al Itsbat (menetapkan).
- An Nafyu (mengingkari), yaitu mengingkari (menafikan) semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa Jalla.
- Al Itsbat (menetapkan), yaitu menetapkan ibadah hanya kepada Allah ‘Azzal wa Jalla saja.
Maknanya:
“Laa ma’buda bi Haqqin Ilallaah”: Tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak di Ibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun syarat-syaratnya yaitu:
1. Al ‘Ilmu (mengetahui)
Mengetahui dan memahami artinya.
Dalilnya:
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak di ibadahi dengan benar selain Allah…” [QS. Muhammad: 19]
“Barangsiapa yang meninggal Dunia dalam keadaan ia Mengetahui bahwa tidak ada Ilah yang berhak di Ibadahi dengan Benar selain Allah, maka ia masuk Surga…” [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Muslim: 26, dari sahabat ‘Utsman radhiyallahu’anhu].
2. Al Yaqiin (meyakini)
Yakin serta benar-benar memahami kalimat ini.
Dalilnya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah dengan Harta dan Jiwanya, mereka itulah orang-orang yang benar…” [QS. Al Hujurat: 15]
“…Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa aku (Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba menjumpai Allah (dalam keadaan) tidak ragu-ragu terhadap kedua (Syahadat)-nya itu, melainkan ia masuk Surga…” [Sahih: HR. Muslim no.27, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
3. Al Ikhlas (ikhlas)
Yaitu memurnikan amal perbuatan dari segala kotoran-kotoran syirik, dan mengikhlaskan segala macam ibadah hanya kepada Allah.
Dalilnya:
“…Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)…” [QS. Az Zumar: 2-3]
“orang yang paling bahagia dengan Syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan “Laa ‘Ilaaha ‘Illallaah” secara ikhlas dari hati atau jiwanya…” [Sahih: HR. Bukhari no.99, 6570 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
4. Ash Shidiq (jujur)
Maksudnya mengucapkan kalimat ini dengan jujur disertai pembenaran oleh hatinya. Barangsiapa lisannya mengucapkan namun hatinya mendustakan , maka ia adalah munafiq dan pendusta.
Dalilnya:
“dan diantara manusia ada yang berkata, “kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar…” [QS. Al Baqarah: 8-9]
“bergembiralah dan berilah kabar gembira kepada manusia bahwa barangsiapa yang mengucapkan “Laa ‘Ilaaha ‘Illallaah” dengan jujur dari hatinya, maka ia akan masuk surga…” [Sahih: HR. Ahmad: IV/411, dari sahabat Abu Musa radhiyallahu’anhu]
5. Al Mahabbah (cinta)
Maksudnya mencintai kalimat tauhid ini, mencintai yang terkandung di dalamnya dan segala sesuatu yang ditunjukkan atasnya.
Dalilnya:
“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaiman mereka mencintai Allah, dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah…” [QS. Al Baqarah: 165]
“tiga perkara, apabila terdapat pada diri seseorang maka dia akan mendapat kelezatan iman:
1) Apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai selain keduanya.
2) Mencintai seseorang semata-mata karena Allah.
3) Membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia benci dicampakkan kedalam api…” [HR. Bukhari no.16, 21, 6041 dan Muslim no.43 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu]
6. Al Inqiyaad (tunduk dan patuh)
Yaitu, seorang muslim harus tunduk&patuh terhadap apa-apa yang ditunjukkan oleh kalimat “Laa ‘Ilaaha ‘Illallaah”, hanya beribadah kepada Allah Ta’ala, mengamalkan syari’at-syari’at-Nya, beriman dengan-Nya, dan berkeyakinan bahwasannya hal itu Haq (benar).
Dalilnya:
“dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum dating adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong…” [QS. Az Zumar: 54]
7. Al Qabul (menerima)
Yaitu, menerima kandungan dan konsekuensi dari kalimat syahadat ini, beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Barangsiapa yang mengucapkan tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah Ta’ala (yang artinya):
“Sesungguhnya dahulu apabila dikatakan kepada mereka “Laa ‘Ilaaha ‘Illallaah”, mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila…?” [QS. Ash Shaffaat: 35-36]
Ini seperti halnya penyembah kubur (para Kuburiyun yang sesat dan hina) di zaman ini, mereka mengikrarkan, “Laa ‘Ilaaha ‘Illallaah”, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan mereka terhadap kuburan (dengan dalil/berkedok/mengatas namakan “ziarah kubur”). Dengan demikian, berarti mereka belum menerima makna, “Laa ‘Ilaaha ‘Ilallaah”. [‘Aqiidatut Tauhid, hlm 44].
Wallahu Ta’ala A’lam
Re-writing : Fauzi Jatmiko ~ 29 Januari 2014 / 07.45
Kosan sederhana 3×2-Surakarta
Sumber rujukan dari:
Kitab “Prinsip Dasar Islam Menurut al Qur’an dan as Sunnah yang Sahih” karya al Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas Hafizhahullah. Pustaka at Taqwa – Bogor.
Source: Facebook Page “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”